Thursday, January 11, 2018

Bukan Alamat Palsu


Mempelajari bahasa asing bisa jadi hal yang sangat membosankan untuk sebagian siswa. Bagaimana tidak? Ketika membaca sebuah teks dalam bahasa asing dan tidak mengerti artinya sama sekali, it seems like “sia-sia aku baca teks ini”. Belum lagi teksnya panjang. Mau tidak mau siswa harus mengartikan kata-kata yang tidak dimengerti. Pastinya kamus yang selalu menjadi senjata andalan untuk memecahkan masalah galau kosa kata ini. Cari kata yang susah lalu buka kamus dan cari lagi artinya. Terus begitu hingga kata-kata sulit habis diartikan. Kegiatan yang sangat monoton yang akhirnya membuat siswa like “ah udah ah males.”

Tak heran jika tidak sedikit siswa zaman now yang nggak suka pelajaran Bahasa Inggris. Padalah kemampuan berbahasa Inggris sangat dituntut di era globalisasi sekarang ini. Lalu apa yang harus dilakukan? Yang jelas, menyalahkan siswa dan memaksa mereka untuk terus menghafal kosa kata bukan solusi yang tepat. Apalagi menyalahkan pemerintah yang meniadakan pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar, it’s not necessarily needed. Bapak/ Ibu guru belum terlambat memperbaikinya. Justru inilah tantangan Bapak/ Ibu dalam menghadapi perubahan zaman. Everything has changed Pak/ Bu. Jadilah guru zaman now supaya bisa mengimbangi siswanya. Jangan mau kalah dengan apa yang orang sebut dengan istilah “zaman now”. Jangan PHP siswa Bapak/ Ibu dengan alamat palsu. Tuntunlah mereka ke jalan yang benar. Ubahlah pandangan mereka bahwa belajar Bahasa Inggris itu tidak susah, tidak melulu mencari arti di kamus dan tidak ngantuki.

Bagamana sih siswa zaman now?

Banyak orang bilang anak zaman now itu susah diatur. Seringkali saya dapati di lingkungan tempat saya tinggal, orang tua yang menegur anaknya karena malas belajar “bocah kok isine dolanan HP terus.” Noted, hal pertama adalah Handphone. HP atau yang sekarang ini lebih terkenal dengan sebutan smartphone (super duper smartphone I guess) adalah kebutuhan pokok para kaula muda. Hidup mereka akan hampa tanpa HP. Apalagi banyak kegiatan sosial yang sekarang bisa dengan mudah mereka lakukan di HP. Chit chat di group WhatsApp, Line, BBM, Telegram. Updating status di WhatsApp, Line, Facebook, Tweeter, Instagram, Path, BBM. Nonton film atau video viral yang menurut mereka menghibur di YouTube. So many things - even new things yang menurut mereka dapati lebih menarik dengan dealing with their phones dari pada baca buku pelajaran yang isinya teks semua dan minim gambar. Itulah karakteristik pertama siswa zaman milenia seakarang ini.

Kedua, guru biasanya sering gemes kalau siswanya susah diatur – selalu ribut di kelas, ngobrol sendiri dengan temannya, dan bercanda. Ketika menghadapi keadaan yang seperti itu, tak jarang Bapak/ Ibu pasti merasa kesal dan ingin menbentak rasanya. Saya berani berkata seperti ini karena saya juga mengalaminya. “Perasaan MBIYEN kelas ku nek diwulang anteng deh,” ndremimil saya dalam hati sambil recall bagaimana saya zaman sekolah dulu. Tunggu!!! Mbiyen? Bisa jadi karakter siswa zaman now berbeda dengan karakter siswa zaman mbiyen (dulu). Bukan saya bilang kalau siswa zaman dulu tidak ada yang ribut di kelas. Ada kok, banyak juga. Tetapi, yang mau saya tekankan disini adalah cara bagaimana guru menghadapi keributan siswa. Apakah marah dan membentak itu solusi yang tepat? Itu Jadul, Bapak/ Ibu.
Prinsip anak zaman now adalah ”hidup cuma sekali so have fun”. Ketika siswa ribut saat guru menerangkan atau saat diskusi, itu artinya siswa merasa kelasnya boring. Dari pada mereka menyia-nyiakan kehidupan mereka dalam kebosanan, kenapa mereka nggak senang-senang aja? Akhirnya, ngegosip lah sama teman sebangkunya, lempar-lemparan kertas, saling ejek, main HP diam-diam, dsb. Banyak yang berpendapat bahwa itu berarti mereka tidak menghargai keberadaan guru di dalam kelas. Zaman sekarang siswa juga harus dihargai Bro. Jangan lupa itu. Sekarang bukan zamannya lagi guru duduk di kursi raja lalu siswa menjabat hanya sebagai prajurit. Kedudukan guru dan siswa nyaris sama alias friend. Guru mengajar siswa mengajar. Siswa belajar guru juga belajar.

Zaman milenia telah melahirkan generasi dengan karakter yang berdeda. Karakter ini adalah keunikan yang perlu dihargai dan tidak bisa dibeda-bedakan dengan era sebelumnya. Oleh karena itu, tugas dasar seorang guru untuk memahami apa yang dibutuhkan siswa sangatlah berperan dalam mendidik dan mengajar mereka di era mereka.

Bagaimana menerapkan Fun English untuk siswa zaman now?

Telah kita ketahui bahwa siswa zaman now sangat lekat sekali dengan semboyan “having fun”. Maka dari itu, tidak lah sulit membuat siswa fun menikmati pelajaran Bahasa Inggris. Ada dua metode yang bisa Bapak/ Ibu guru terapkan untuk having fun bersama siswa, diantaranya:

1. Gunakan Teknologi

Siapa sih siswa zaman now yang nggak kenal smartphone? Secara zaman sekarang sudah canggih. Semua orang juga tahu banyak sekali manfaat smartphone yang tentunya membuat hidup jadi lebih mudah. Tak terkecuali hidup para siswa di bangku sekolah. Selain Google yang dengan sekali kedipan mata bisa jawab pertanyaan mereka, masih banyak fitur lain yang nggak kalah seru. Salah satu contohnya adalah aplikasi Quizziz. Aplikasi online yang bisa mewujudkan mimpi ulangan jarak jauh. Fiturnya pun sangat menarik. Bapak/ Ibu bisa menambahkan avatar, meme, musik, dan tema tertentu di soal yang anda buat menggunakan aplikasi ini. Cara siswa membuka kuisnya pun harus memasukkan kode yang tepat. Ala ala detektif gitu. So siswa bosen sama ulangan terulis? Quizzizin aja.

Kita sebagai guru tidak boleh kalah canggih dengan zaman. Dengan melibatkan peran teknologi dalam pembelajaran, kita sudah membantu siswa untuk menggunakannya dengan tepat alias tepat guna.

2. Bersenang-senang lah bersama siswa

Kita harus mau menyatu ketika kita ingin berbaur dengan suatu kelompok tertentu. Lalu apa hubungannya? Untuk menjalankan tugas dasar sebagai guru yaitu memahami kebutuhan siswa, kita harus mau berbaur dengan mereka. Kita harus mengenal mereka untuk bisa menyatu dengan mereka. Bagaimana caranya? Siswa zaman now dengan prinsip “hidup cuma sekali so have fun”, gurunya juga jangan mau kalah. Gurunya ikut having fun dong. Ajak siswa bermain saat mereka mulai merasa bosan atau ngantuk. Trust me, it works.

Contoh, dalam pelajaran reading siswa akan lebih sering merasa bosan karena harus mengartikan banyak kata yang mereka belum tahu. Kelas akan monoton kalau siswa hanya baca teks buka kamus and so on and so forth. Saat seperti inilah Bapak/ Ibu harus putar otak. Buat lah kegiatan mentranslate itu menjadi sebuah permainan seperti matching words atau tebak kata. Lebih seru kan?

In conclusion, Bahasa Inggris bukan lah pelajaran yang mustahil untuk mudah dipahami. Namun kembali lagi, semua itu tergantung pada kolaborasi yang baik antara guru dan siswa. Mengandalkan pengalaman masa lalu tak menjamin guru berhasil menularkan ilmunya pada siswa zaman sekarang karena zaman itself sudah berubah. Bapak/ Ibu seharusnya melihat kondisi ini sebagai tantangan dan kewajiban. Tidak menutup kemungkinan Bapak/ Ibu bisa mengubah pikiran negatif siswa tentang satu mata pelajaran menjadi sebuah kegemaran belajar. Jangan salah alamat ya Bapak/ Ibu dalam mendidik putra/ putrinya. Salam balik layar!!!

Shabrina

Thursday, September 28, 2017

Satu Kata Untuknya

Selamat pagi, meskipun ini masih dini hari.

Lama sekali tidak mengotak-atik lembar cerita hidup ini. It has been a year sepertinya. Iya, bener!!! Pagi ini aku mengumpulkan tekad untuk kembali mengisi lirik hidup ku. Tekad yang tadinya jauh dari kata "terwujud" karena kepercayaan diri yang terus bersembunyi. Hingga akhirnya seseorang datang dan membangunkan tekad ku dari tempat persembunyiannya. Memang setiap orang punya semangat dalam dirinya tapi kadang kita butuh orang lain untuk membangkitkannya.  Untuk pertama kalinya aku kembali merangkai lirik hidup ku, aku akan bercerita tentang seorang gadis yang berhasil membangkitkan tekad ku.

Dia adalah Ika Rahma Julianingrum. Gadis berdarah Kebumen yang lahir pada tanggal 22 Juli dua puluh tiga tahun lalu. Itu pun kalau aku nggak salah ingat. Maklum, baru satu tahun aku mengenalnya. Dia adalah teman abdi negara ku dua belas purnama terakhir ini. Kami adalah masyarakat SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal) yang sama-sama ditempatkan di Pulau Moa Kab. Maluku Barat Daya. Kami memang ditempatkan di daratan yang sama. Tetapi sekolah tempat pengabdian kami berbeda. Aku ditempatkan di Desa Tounwawan sementara dia di Dusun Weet. Sometimes we shared food, drinks, pillows, and life. Dari situlah aku mengenal sosok luar biasa sang pembawa perubahan ini.

Siapa yang menyangka aku akan sekagum ini dengannya. Aku sendiri pun tak menyangka sama sekali. Pertama kali aku mengenalnya adalah ketika kami mengikuti Prakondisi SM-3T di Akademi Angkatan Udara Adi Sutjipto Yogyakarta bulan Agustus 2016. Kalau ditanya bagaimana kesan pertama waktu ketemu dia, satu kata untuk temanku ini - geram. Dalam beberapa kesempatan saat kegiatan ruangan aku duduk disampingnya. Dalam hatiku, "Ni orang punya gairah hidup nggak sih! Bicara aja irit. Seneng susah mukanya sama." MBOK NGOMONG LHO MBAK!!!  Kalimat yang sering ku lontarkan saat berada di dekatnya. Seperti biasa hanya senyuman manis alus kalem licin balasannya. Begitu tahu dia satu daerah penempatan dengan ku rasanya DUH KOK KARO KUI. Memang benar, never say never. Akhirnya Tuhan menjodohkan kami berdua lewat daratan Pulau Moa.

Purnama pertama lewat, Mbak e iseh kalem.
Purnama kedua bablas, Mbak e kaleme ra mari-mari.
Purnama ketiga, eh Mbak e jebul isa ngguyu.
Purnama keempat, Mbak e kok aku rada seneng.
Purnama kelima, enam, tujuh...  kami sering bekerja bersama (re: kerjasama).

Hingga dua bulan terakhir sebelum kami pulang ke Pulau Jawa aku baru menyadari dasyatnya sang bidadari yang sedang menata diri ini (julukannya untuk dirinya sendiri). Dia adalah guru gaul menurut ku. Gaul maksudnya? Coba bayangkan! Pertama kali mengajar di SMP N Weet dia adalah satu-satunya guru yang aktif karena memang sekolah itu baru dibuka. Dua belas bulan dia bertanggung jawab atas delapan belas penerus masa depan Indonesia. Sekolah yang belum memiliki gedung, buku, bahkan cap sekolah pun mereka belum ada. Hanya dibantu oleh seorang staf desa dia terus menyalurkan semangat juang kepada siswa-siswanya. Dia tak pernah berhenti membangkitkan semangat anak didiknya. Dia terus meyakinkan mereka walaupun sekolah ini baru tetapi mereka pasti bisa bersaing. Terbukti, anak didiknya meraih juara 2 dalam pertandingan lari estafet SMP tingkat kabupaten. Kemenangan itu tidak lain tidak bukan juga berkat semangat yang terus dia salurkan kepada siswa-siswanya. Guru gaul banget ya dia?

Selain itu, satu bulan terakhir sebelum kita pulang aku baru melihat kegigihannya dalam mewujudkan impian. Impiannya saat itu yang teramat sangat mulia yaitu membangkitkan kembali Rumah Pintar Weet yang telah tertidur lama entah karena apa. Harta karun yang menurutnya adalah harapan hidup anak Weet. Iya, aku masih ingat semangatnya menyortir buku-buku donasi yang akan dia berikan untuk Rumah Pintar Weet. Aku ingat perjuangannya menemui penanggung jawab Rumah Pintar itu. Kebingungannya akan jelasnya kepada siapa dia harus meminta ijin untuk membuka kembali rumah itu. Aku juga masih ingat kesabarannya mengajari anak-anak Weet mengoperasikan komputer. Dia pulang pergi ke ibukota kabupaten berburu sinyal wifi untuk mencari materi pembelajaran komputer. Demi siapa? Anak didiknya, anak-anak Dusun Weet, tanggung jawabnya, penerus masa depan bangsa.

Dia tak pernah meminta balasan apapun dari siapapun. Hasilnya? Rumah Pintar Weet sekarang benar menjadi harapan untuk anak-anak. Mereka sekarang bisa belajar mengoperasikan komputer disana. Mereka bisa membaca buku cerita dan bermain belajar disana. Sungguh amat sangat cantik perjuangan mu kawan. Aku yakin kau tidak hanya menyelesaikan tanggung jawab mu 12 bulan disana. Kau bahkan sudah menyelesaikan tanggung jawab mu terhadap 18 masa depan bangsa itu seumur hidup mereka. Semangat yang kau tanamkan kepada mereka tak akan pernah mati. Terimakasih sudah sudi mengabdikan diri mu untuk Indonesia, beraksi demi perubahan besar untuk NKRI. Sekarang satu kata untuk mu - kagum.

Coretan tengah malam ku
Shabrina

Sunday, July 24, 2016

Menanti Kalijaga

Ku berpijak meninggalkan
Kotak besar panjang tersusun rapi menindihi rel jalan
Ups
Lekali tua setengah baya menghantam lamunan
Aku pun terus menerka keadaan
"Ada apakah gerangan?"
Lelaki itu sambil berteriak sedikit menggumamkan
"Ada barang besar yang bisa saya bawakan?"
Oh Tuhan...
Bisakah ini disebut pekerjaan?
Kuli panggul payah mencari uang tak karuan
Berdiri menghampiri kereta menyeret harapan
Kadang, mereka mencoba peruntungan nasib di depan
Menjemput penumpang dengan tatapan penuh terkaan
Padahal, berapa upah yang mereka dapatkan?
Mungkin, hanya dapat sebungkus nasi dari berkali-kali panggulan
Bahkan, tak pasti datang sasaran
Mereka... demi kehidupan...
Lalu, pantaskah aku yang berkecukupan
Mengumpat hidup tanpa kesabaran?

Shabrina
(Renungku menunggu kereta datang)

Stasiun Semarang Poncol
8:07
24.7.2016

Mencari

Wahai sang mentari pagi
Terbit mu pagi ini sudah kunanti sejak fajar tadi
Dari kursi mini ini, aku meneliti
Tiap gerak mu yang tampak bagai ilusi
Hey...
Mengapa kau tak muncul lagi?
Tak tahu kah kau aku mencari?
Atau mungkin kau sengaja bersembunyi?
Hey...
Tunggu, aku masih melihat cahaya mu menari
Iya, kau nampaknya masih suka menyinggahi 
Tempat dibalik pohon itu yang sedang asyik bernyanyi 

Shabrina

Kaligung
24.7.2016

Sunday, July 3, 2016

Pengangguran Kesepian

Pengangguran Kesepian

Keadaan menyulapku tak karuan
Sampai tak ku gubris saran
Lupa diri layaknya marah seekor "jaran"

Oh bukan bukan
Bukan menyulap tapi membangunkan sisi angkara ku yang rentan
Aku, sekelebat mata kemudian bertransisi menjadi umat tak bertuhan

BERANTAKAN
MENYALAHKAN
Bak orang mengolok-olok hujan saat kemarau bertahan
Bak harimau berburu mangsa tuk ditelan
Bak singa tak kenal daging berbulan-bulan

Hingga kudapati kemudian
Aku melukaimu yang tersisihkan

Sayang,
Engkaulah makna tumpukan puisi melayang di angan
Engkaulah tokoh novel bermain di bayangan
Dan engkaulah lagu yang kucari sejaman

Maafkan aku sayang
Pikiran yang terjepit bosan
Dan raga yang terjerat kemalasan
pun yang enggan kembali berjuang
Dan bahkan sempat tumbang

Kekasih mu,
Dinda

Sunday, September 27, 2015

Waw, amazing!

Ini hari pertamaku pergi mengejar mimpi dan cinta ku ke Jogja naik kereta api.
Agak takut memang, tapi this is my first time mudik naik kereta sendiriiiii. Hihihi
Aku naik kereta Kaligung jurusan Semarangponcol gerbong 2 kursi 2A. Keretaku berangkat tepat pukul 5.57 WIB.
Aku dengan lirih bertanya dengan "juru rel" gerbong mana yang akan aku naiki. Aku sungguh terlihat bingung dan kikuk saat itu. Hihihi kuper nih
Lalu aku menemukan gerbongku. Aku naik, dan......... Fiuh, ini aku duduk dimana? Ngek ngoooook
Aku tetep stay cool walaupun sebenarnya tidak tahu apa2. Oke oke... Ekonom 2/ 2A. Disetiap sisi kereta tertulis 17ABCD 6ABCD. Dan aku pun akhirnya tahu, oh kursiku masih lurus karena aku nomor 2A.
Taraaaaaaa.... Aku menemukan kursiku. Yeyeyeywyeye
Aku duduk, agak pusing sih tapi it's ok. AKU NYAMAN.
Kemudian kereta mulai jalan pelan. Kereta ku melaju melaju dan melaju. Huu sepertinya aku terpesona dengan pemandangan yang kulewati. Aku melewati hamparan sawah, pemukiman warga, jalan raya pantura dan pantai. Ya Allah.... Amazingnyaaaaa. Aku melihat pohon, para petani, warga yang sedang lari pagi, gubuk, dan kereta lain yang berpapasan dengan keretaku, wuuuuuuuuuuuz.
Eh ada Pak Inspektur memeriksa tiketku. Wah beliau rapi sekali, sama persis dengan yang ada di film2 kartun luar yang pernah ku tonton. Bapak Inspektur kereta berkumis.hehe
Hmmm.... Semakin lama cahaya matahari mulai menyelinap masuk melalui jendela kereta. 
Eh ada bukit..... Waw ternyata sepanjang jalan aku melewati pantai. 
Lebih banyak lagi yang ku lihat. Aku melihat burung, ilalang, perahu, nelayan dan jembatan.
Okay, nikmatMu memang selalu luar biasa ya Allah.
Pelajaran ku pagi ini, "semakin banyak yang kucoba, semakin banyak pula yang bisa ku lihat, ku rasa dan ku tahu. NEVER BE AFFRAID OF TRYING NEW THINGS."

#feelinggreatful
Be nice Pak Masinis :)

The story was written in 23 August, 2015.